Wednesday, May 22, 2013

Dari Sinilah Kita Memulai...



Dari sinilah kita memulai, perkenalan biasa lewat sapaan, perbincangan yang biasa,  kemudian makin jauh kita saling bergandengan tangan. Disini kita belajar tentang menkompromikan pemikiran, persepsi dan perbedaan pandangan. Kita percaya bahwa benih yang kita tanam suatu waktu yang tak biasa akan kita nikmati sebagai buah kemanisan.
terkadang kita bersitegang tentang sebuah persoalan yang menguras emosi dan perasaan namun kita tetap saling menghargai karena kita tahu bahwa itu semua hanyalah bagian dari proses pendewasaan.
Menempa diri lewat diskusi kecil dan perdebatan yang dipandang seolah tiada arti dan tujuan namun sebenarnya berarti besar karena Tuhan tidak pernah mengecewakan setiap upaya dan perbuatan.
Tuhan juga tak pernah ingkar akan mewujudkan setiap kita yang menginginkan perubahan.

Tuesday, May 21, 2013

KUTIPAN



Catatan Harian Ahmad Wahib

Tuhan, bisakah aku menerima hukum-Mu tanpa meragukannya lebih dahulu? Karena itu Tuhan, maklumilah lebih dulu bila aku masih ragu akan kebenaran hukum-hukum-Mu. Jika Engkau tak suka hal itu, berilah aku pengertian-pengertian sehingga keraguan itu hilang. Tuhan, murkakah Engkau bila aku berbicara dengan hati dan otak yang bebas, hati dan otak sendiri yang telah Engkau berikan kepadaku dengan kemampuan bebasnya sekali? Tuhan, aku ingin bertanya pada Engkau dalam suasana bebas. Aku percaya, Engkau tidak hanya benci pada ucapan-ucapan yang munafik, tapi juga benci pada pikiran-pikiran yang munafik, yaitu pikiran-pikiran yang tidak berani memikirkan yang timbul dalam pikirannya, atau pikiran yang pura-pura tidak tahu akan pikirannya sendiri.


Catatan 9 Juni 1969

RELATIVITAS WAKTU




sumber gambar : http://www.txmomx6.org





Ruang tiga dimensi tidak ada dalam kenyataan, dan hanyalah praduga manusaia yang di ilhami oleh yang disebut dengan persepsi. Apakah anda percaya bahwa Masa lalu,saat ini dan akan datang adalah sebuah kenyataan ? dalam ilmu filsafat tidak ada bukti yang absah tentang keberadaan ruang tiga dimensi tersebut .

Pendapat ini menyangkal asusmsi pokok filsafat materialis yang berasumsi bahwa materi berifat absolut dan abadi. Selain itu filsafat materialis juga berpandangan bahwa waktu juga absolut dan abadi.

Apa yang kita persepsikan tentang waktu sebenarnya suatu metode untuk membandingakan suatu kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Kita buat penjelasan ini lebih sederhana,Misalnya saya 10 menit yang lalu mendengarkan music A ,5 menit kemudian saya mendengarkan music B. Kita tahu bahwa terdapat jeda saat saya mendengarkan music A dan mendengarkan music B, dan kita menyebut jeda itu sebagai “waktu”.Namun ketika saya mendengarkan music yang kedua, music pertama tidak lebih hanyalah imajinasi yang tersimpan dalam pikiran saya. Kita merumuskan konsep “waktu” dengan membadingkan kejadian yang sedang dijalani dengan kejadian yang tersimpan didalam memori otak kita. Jika saja perbandingan tidak dilakukan maka waktupun tidak ada.

Waktu muncul sebagai hasil dari  perbandingan antara beberapa peristiwa yang ada didalam memori otak dengan peristiwa yang dijalani. Jika manusia tidak memiliki memori atau menyimpan rangkaian peristiwa didalam memorinya,maka otaknya tidak dapat melakukan interpretasi  sehingga persepsi mengenai waktu tidak terbentuk.

Penjelasan Ilmiah tentang Ketiadaan Waktu
Seorang cendikiawan dan ilmuwan, François Jacob, seorang intelektual terkenal dan profesor bidang genetika penerima hadiah Nobel, dalam bukunya Le Jeu des Possibles (Yang Mungkin dan Yang Aktual) menjelaskan tentang waktu yang berjalan mundur:

“Film yang diputar mundur memungkinkan kita membayangkan sebuah dunia di mana waktu berjalan mundur: sebuah dunia di mana susu memisahkan diri dari kopi, meloncat keluar dari cangkir dan masuk kembali ke dalam panci susu; di mana berkas-berkas cahaya dipancarkan dari dinding-dinding dan menyatu dalam sebuah pusat, bukannya memancar keluar dari sumber cahaya; di mana sebuah batu naik ke telapak tangan seseorang karena kerja sama menakjubkan dari banyak tetes air yang membuat batu tersebut keluar dari dalam air. Namun dalam dunia di mana waktu berjalan mundur, proses-proses di dalam otak dan cara memori kita mengumpulkan informasi pun mengikutinya. Hal serupa juga berlaku bagi masa lalu dan masa depan, dan bagi kita, dunia akan tampak seperti apa adanya”.

Dunia tidak berjalan seperti dinyatakan di atas karena otak kita tidak terbiasa dengan urutan kejadian demikian, dan kita beranggapan bahwa waktu selalu bergerak ke depan. Bagaimanapun, anggapan ini merupakan keputusan yang diambil di dalam otak sehingga bersifat relatif. Sesungguhnya kita tidak pernah tahu bagaimana waktu mengalir, atau bahkan tidak tahu apakah ia mengalir atau tidak. Semua ini menunjukkan bahwa waktu bukanlah fakta absolut melainkan hanya sebuah persepsi.

ilmuan yang berpandangan bahwa waktu bersifat relatif adalah albert Einstein .Einstein sekaligus membuang konsep waktu absolut — aliran waktu universal yang tidak berubah, mengalir terus-menerus dari masa lalu tak terhingga ke masa depan yang tak terhingga. Sebagian besar ketidakjelasan yang meliputi Teori Relativitas berasal dari keengganan manusia untuk menyadari bahwa pengertian waktu, seperti juga pengertian warna, adalah sebuah bentuk persepsi. Sebagaimana ruang hanyalah suatu susunan objek-objek material yang mungkin, waktu juga hanyalah susunan kejadian-kejadian yang mungkin. Subjektivitas waktu paling tepat dijelaskan dengan kata-kata Einstein sendiri. "Pengalaman-pengalaman individu," katanya, "kita lihat sebagai rangkaian berbagai kejadian; dalam rangkaian ini, kejadian tunggal yang kita ingat terurut sesuai dengan kriteria 'lebih dulu' dan 'kemudian'. Oleh karena itu setiap individu akan memiliki 'waktu-saya' atau waktu subjektif. Waktu ini, dengan sendiri-nya, tidak dapat diukur. Saya, tentu saja, dapat menghubungkan angka-angka dengan kejadian-kejadian sedemikian rupa sehingga angka terbesar melambangkan kejadian terkini dan bukan dengan kejadian lebih awal.

Karena waktu terdiri atas persepsi, maka waktu bergantung sepenuhnya pada orang yang merasakannya. Karena itulah waktu bersifat relatif.

Kecepatan waktu mengalir akan berbeda berdasarkan acuan yang digunakan untuk mengukurnya, karena tubuh manusia tidak memiliki jam alami yang dapat menentukan secara tepat kecepatan waktu berjalan. Seperti yang ditulis Lincoln Barnett: "Sebagaimana tidak ada warna bila tak ada mata untuk melihatnya, tidak ada pula ukuran sesaat, sejam atau sehari bila tak ada kejadian untuk menandainya."

Relativitas waktu dapat dialami secara sederhana di dalam mimpi. Walaupun apa yang kita lihat dalam mimpi tampaknya berlangsung berjam-jam, sesungguhnya hanya berlangsung beberapa menit, atau bahkan beberapa detik. 


Referensi: Harun yahya

Tuesday, May 14, 2013

Tubuh dan Simbolisme Kultural









Saat kita berbicara tentang tubuh mungkin yang terpikir oleh kita adalah bagian-bagian yang tersusun sehingga membentuk tubuh,mata,telinga,tangan,bibir,alis,rambut,jantung,liver,otak usus dan lain-lain. Hal tersebut benar karena demikianlah yang nampak oleh indra kita .
Namun jika perhatikan bahwa tubuh bukan saja sebagai pribadi namun tubuh kita juga ternyata dimuati oleh oleh simbol simbol kultural,publik,positif,negatif, poltik,ekonomi,seksual,moral dan seringkali kontroversial.

Banyak pandangan tentang tubuh. Ada yang berpandanagn bahwa “diri” bukanlah yang nampak seperti tubuh,Namun ada pula yang menganggap bahwa tubuh merupakan sebuah identitas diri.

Tubuh tidak hanya ada secara alamiah yang di pandang sebagai sebuah hal yang biasa namun juga menjadi sebuah kategori sosial yang menghasilkan makna atau cara pandang yang berbeda-beda oleh setiap zaman oleh populasi yang berbeda.

Wanita yang berpenampilan cantik dan menarik sering kali diidentikan dengan stratifikasi sosial yang mapan dan tinggi di banding dengan wanita yang berpenampilan biasa-biasa. Hal yang serupa juga terlihat di pusat-pusat perbelanjaan yang menawarkan barang-barang mewah dan mahal konsumennya juga banyak didominasi oleh orang yang berpenampilan cantik dan menarik. Jika demikian,apakah seorang yang memiliki penampilan cantik dan menarik selalu identik dengan strata sosial yang tinggi ? mungkin kita membutuhkan kajian lebih khusus untuk menjawab itu.

Seperti organ mata,telinga,hidung,bibir,rambut dan bagian tubuh lain, atribut tubuh juga bersifat sosial. Usia,gender,dan warna kulit. Saat kita akan melamar sebuah pekerjaan  maka hal yang pertama kali ditanya selain nama dan tanggal lahir adalah Usia,gender atau jenis kelamin. Maka tubuh tidak hanya sebagai pribadi namun juga merupakan penentu utama hidup dan identitas sosial kita,menjadi titik utama bagi konsep kelompok kita.

Jadi satu hal yang wajar bila banyak orang memikirkan dan menghawatirkan tubuh lebih dari hal-hal lainnya dan ini terjadi sepanjang waktu.meskipun ada sebagian orang yang berpandangan bahwa jiwa lebih penting dari pada tubuh dan mengistimewakan jiwa dari pada tubuh. Namun tidak dapat di sangkal bahwa tubuh juga berdampak pada psikologi seseorang seperti, rasa takut terhadap kegemukan,penyakit AIDS,kematian,seks dan lain-lain. Menurut anthony synnot eksistensi tubuh tidak dapat disangkal; sesuatu yang memerlukan dan menuntut perhatian-saya rasa bukan hanya fisik tetapi juga perhatian sosiologis.

Tubuh-tubuh terpolarisasi secara besar besaran dalam term-term moral : laki/permpuan,tua/muda,cantik/jelek,kurus/gemuk, hitam/putih dan sebagainya. Dengan valensi bergantung pada nilai personal dan kultural.

TERDUGA TERORIS

sumber gambar:cang-et.blogspot.com





Terduga artinya tersangka,terkira atau dapat diduga (sebelumnya) seseorang atau kelompok orang melakan suatu tindakan. Dalam kasus penggerebekan yang dilakukan oleh densus 88 anti teror beberapa hari yang lalu di bandung dan jawa tengah beberapa orang yang terduga teroris di tembak mati dan beberapa lainnya di tangkap.

Terkait dengan tindakan yang dilakukan oleh DENSUS 88 bagi Saya sebagai seorang yang awam hukum menimbulkan beberapa pertanyaan, apakah seorang yang baru Terduga dapat dinyataakn sebagai seorang yang bersalah ? bagaimana cara pembuktiannya bahwa seseorang yang masih baru sebagai terduga teroris dapat dinyatakan bersalah ?

Kita tidak boleh menyatakan bahwa seseorang telah berbuat salah atau melanggar hukum tanpa proses peradilan terlebih dahulu, dan saya kira hal tersebut berlaku untuk semua orang dan kasus. Seseorang baru dinyatakan sebagai orang bersalah setelah ada proses peradilan dan ketetapan hakim yang menyatakan bahwa orang tersebut bersalah atau tidak.

Atas dasar apakah densus  menembak mati teroris yang masih diduga sebagai teroris , apakah mengancam  keselamatan aparat ketika proses penggerebekan atau saat dilakukan penangkapan, atau ketidak mampuan aparat menangkap secara hidup hidup sehingga harus di tembak mati. Jika demikian tidak perlu ada penggerebekan berjam jam  hanya untuk menangkap beberapa orang yang diduga teroris, memakai granat atau bom yang berdaya ledak tinggi sudah terlalu cukup untuk melumpuhkan bahkan membuat sekarat seseorang atau kelompok TERDUGA teroris.

Kita semua bersepakat untuk mencegah  melawan terorisme di negeri ini dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bahkan saya yakin masyarakat masih membutuhkan densus 88 untuk membasmi terorisme dan jaringannnya yang telah berkembang di indonesia.Namun dengan cara menembak mati para terduga terori bukanlah cara yang dibenarkan dalam memberantan teroris .