Beberapa pertanyaan atau lebih tepatnya pikiran kegelisan yang
mengendap dalam pikiran saya. Kadang
setiap saat mengusik dan mengganggu seperti pemberontak yang tiap saat dapat
tiba-tiba mengancam stabilitas. Pertanyaan itu seperti ‘’untuk apa aku terlahir’’,
”apa selajutnya setelah aku melakukan pekerjaan hari ini” atau “apa yang aku
cita-citakan dapat aku selesaikan satu demi satu” dan kadang saya juga berpikir
“apakah cita-cita ini hanyalah bentuk egoisme individu demi ambisi dan kepuasan
pribadi dan ketidak pedulian pada orang lain”. Jika demikian bukankah saya
telah keluar dari prinsip kemanusiaan (humanity), bukankah manusia tidak
seharunya berpikir dan berlaku begitu. kemudian adakah beda saya dengan mereka? misalnya dengan mereka yang disangka korupsi atau dengan mereka yang terbukti
korupsi. Bukanya mereka juga tidak peduli dengan orang lain atau dengan kata
lain kepentingan perut sendiri duduk mengangangkang di atas kepentinga orang
lain. Mereka punya keinginan,saya juga punya
keinginan tidak ada bedanya bukan, yang membedakan barangkali besaran
pencapaiannya saja.
Saya meragukan akan nasehat-nasehat yang pernah saya dengar.
Misalnya nasehat begini “kamu harus menjadi orang sukses agar kamu dapat
memberi manfaat buat orang lain” saya sungguh meragukan itu bahkan tidak
percaya hal itu. Kenapa demikian ? jika anda bertanya,”kenapa demikian” maka
saya memiliki lebih banyak pertanyaan yang barang kali membuat kita berpikir
kearah itu. Apakah ukurang seseorang telah berada dalam pencapaiannya atau
kesuksesannya? Apakah seseorang yang tidak dinilai sukses tidak dapat
memberikan manfaat buat orang kain ? orang memiliki ukurannya sendiri prihal
kesuksesan dan nyatanya keseksesan tidak ada tolak ukuranya .
Barangkali anda mengira bahwa saya sedang meracau tidak
karuan. Jika anda beranggapan demikian saya pun tidak bisa melarang anda. Hidup
dikelilingi dengan ketidak pastian, ketikteraturan,pandangan-pandangan ambiguitas
tentang sesuatu, persepsi keliru yang di klaim sebagai kebenaran, atau tentang aturan-aturan yang tanpa nurani. Kita
harus memikirkan kembali (think again) tentang semua itu. Bukankah perbedaan
mendasar manusia dan hewan adalah berpikir. Jika kita telah kehilangan sifat
dasar kita maka apalagi yang bisa kita banggakan. Berpikir keliru masih lebih
baik dari mereka yang tidak mendayagunakan daya pikirnya. Apakah anda masih
beranggapan saya meracau atau saya sedang berpikir ? Think again.
No comments:
Post a Comment