Showing posts with label Ilmiah. Show all posts
Showing posts with label Ilmiah. Show all posts

Tuesday, May 21, 2013

RELATIVITAS WAKTU




sumber gambar : http://www.txmomx6.org





Ruang tiga dimensi tidak ada dalam kenyataan, dan hanyalah praduga manusaia yang di ilhami oleh yang disebut dengan persepsi. Apakah anda percaya bahwa Masa lalu,saat ini dan akan datang adalah sebuah kenyataan ? dalam ilmu filsafat tidak ada bukti yang absah tentang keberadaan ruang tiga dimensi tersebut .

Pendapat ini menyangkal asusmsi pokok filsafat materialis yang berasumsi bahwa materi berifat absolut dan abadi. Selain itu filsafat materialis juga berpandangan bahwa waktu juga absolut dan abadi.

Apa yang kita persepsikan tentang waktu sebenarnya suatu metode untuk membandingakan suatu kejadian yang satu dengan kejadian yang lain. Kita buat penjelasan ini lebih sederhana,Misalnya saya 10 menit yang lalu mendengarkan music A ,5 menit kemudian saya mendengarkan music B. Kita tahu bahwa terdapat jeda saat saya mendengarkan music A dan mendengarkan music B, dan kita menyebut jeda itu sebagai “waktu”.Namun ketika saya mendengarkan music yang kedua, music pertama tidak lebih hanyalah imajinasi yang tersimpan dalam pikiran saya. Kita merumuskan konsep “waktu” dengan membadingkan kejadian yang sedang dijalani dengan kejadian yang tersimpan didalam memori otak kita. Jika saja perbandingan tidak dilakukan maka waktupun tidak ada.

Waktu muncul sebagai hasil dari  perbandingan antara beberapa peristiwa yang ada didalam memori otak dengan peristiwa yang dijalani. Jika manusia tidak memiliki memori atau menyimpan rangkaian peristiwa didalam memorinya,maka otaknya tidak dapat melakukan interpretasi  sehingga persepsi mengenai waktu tidak terbentuk.

Penjelasan Ilmiah tentang Ketiadaan Waktu
Seorang cendikiawan dan ilmuwan, François Jacob, seorang intelektual terkenal dan profesor bidang genetika penerima hadiah Nobel, dalam bukunya Le Jeu des Possibles (Yang Mungkin dan Yang Aktual) menjelaskan tentang waktu yang berjalan mundur:

“Film yang diputar mundur memungkinkan kita membayangkan sebuah dunia di mana waktu berjalan mundur: sebuah dunia di mana susu memisahkan diri dari kopi, meloncat keluar dari cangkir dan masuk kembali ke dalam panci susu; di mana berkas-berkas cahaya dipancarkan dari dinding-dinding dan menyatu dalam sebuah pusat, bukannya memancar keluar dari sumber cahaya; di mana sebuah batu naik ke telapak tangan seseorang karena kerja sama menakjubkan dari banyak tetes air yang membuat batu tersebut keluar dari dalam air. Namun dalam dunia di mana waktu berjalan mundur, proses-proses di dalam otak dan cara memori kita mengumpulkan informasi pun mengikutinya. Hal serupa juga berlaku bagi masa lalu dan masa depan, dan bagi kita, dunia akan tampak seperti apa adanya”.

Dunia tidak berjalan seperti dinyatakan di atas karena otak kita tidak terbiasa dengan urutan kejadian demikian, dan kita beranggapan bahwa waktu selalu bergerak ke depan. Bagaimanapun, anggapan ini merupakan keputusan yang diambil di dalam otak sehingga bersifat relatif. Sesungguhnya kita tidak pernah tahu bagaimana waktu mengalir, atau bahkan tidak tahu apakah ia mengalir atau tidak. Semua ini menunjukkan bahwa waktu bukanlah fakta absolut melainkan hanya sebuah persepsi.

ilmuan yang berpandangan bahwa waktu bersifat relatif adalah albert Einstein .Einstein sekaligus membuang konsep waktu absolut — aliran waktu universal yang tidak berubah, mengalir terus-menerus dari masa lalu tak terhingga ke masa depan yang tak terhingga. Sebagian besar ketidakjelasan yang meliputi Teori Relativitas berasal dari keengganan manusia untuk menyadari bahwa pengertian waktu, seperti juga pengertian warna, adalah sebuah bentuk persepsi. Sebagaimana ruang hanyalah suatu susunan objek-objek material yang mungkin, waktu juga hanyalah susunan kejadian-kejadian yang mungkin. Subjektivitas waktu paling tepat dijelaskan dengan kata-kata Einstein sendiri. "Pengalaman-pengalaman individu," katanya, "kita lihat sebagai rangkaian berbagai kejadian; dalam rangkaian ini, kejadian tunggal yang kita ingat terurut sesuai dengan kriteria 'lebih dulu' dan 'kemudian'. Oleh karena itu setiap individu akan memiliki 'waktu-saya' atau waktu subjektif. Waktu ini, dengan sendiri-nya, tidak dapat diukur. Saya, tentu saja, dapat menghubungkan angka-angka dengan kejadian-kejadian sedemikian rupa sehingga angka terbesar melambangkan kejadian terkini dan bukan dengan kejadian lebih awal.

Karena waktu terdiri atas persepsi, maka waktu bergantung sepenuhnya pada orang yang merasakannya. Karena itulah waktu bersifat relatif.

Kecepatan waktu mengalir akan berbeda berdasarkan acuan yang digunakan untuk mengukurnya, karena tubuh manusia tidak memiliki jam alami yang dapat menentukan secara tepat kecepatan waktu berjalan. Seperti yang ditulis Lincoln Barnett: "Sebagaimana tidak ada warna bila tak ada mata untuk melihatnya, tidak ada pula ukuran sesaat, sejam atau sehari bila tak ada kejadian untuk menandainya."

Relativitas waktu dapat dialami secara sederhana di dalam mimpi. Walaupun apa yang kita lihat dalam mimpi tampaknya berlangsung berjam-jam, sesungguhnya hanya berlangsung beberapa menit, atau bahkan beberapa detik. 


Referensi: Harun yahya