Tuesday, April 9, 2013

Etnik yang Penuh Simbol

Seperti koleksi Nahdi Jewelry, dari kalung, gelang, anting, hingga liontin, yang terinspirasi oleh kekayaan etnik Nusantara dari Sabang sampai Merauke, turut meramaikan Female on the Move (Femme) ke-8 yang berlangsung pada 3-7 April 2013 di Grand Clarion, Makassar.
“Unsur-unsur etnik ini saya adopsi dari kebudayaan lokal di Indonesia,” kata Fitria Nahdi, 58 tahun, pemilik sekaligus perancang Nahdi Jewelry.

Lihatlah beberapa koleksi kalung yang menarik, di antaranya berbentuk vagina. Perhiasan unik ini diadopsi dari kebudayaan masyarakat Nusa Tenggara Timur.

Ada yang berwarna perak lengkap dengan replika orang-orangan sawah, yang berwarna emas lengkap dengan simbol-simbol nelayan. Semuanya menonjolkan lambang kesuburan. Adapun bahan kalungnya menggunakan tembaga dinamo.

Konon, perhiasan berbentuk vagina ini adalah mas kawin khas NTT. Masyarakat yang masih memegang unsur budaya adat biasanya mengharuskan anak gadisnya belajar menenun agar bisa menikah. Sebab, secara adat, perempuanlah yang wajib memberikan tenunan yang bermutu bagi calon suaminya. Kain ini kemudian ditukar dengan emas sikka yang disebut tibu atau tabilu.

Bentuk khas emas sikka ini seperti tabir vagina yang melambangkan kesuburan dan kehormatan, biasanya ditambahkan dengan unsur binatang, tumbuhan, dan manusia sebagai lambang tiga unsur kehidupan. Bukan hanya NTT, masyarakat Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, pun memiliki aksesori mirip kelopak vagina.

Unsur etnik lain yang dihadirkan adalah kalung khas Palembang yang menggunakan bongkahan emas berbentuk mirip bunga, dipadukan dengan batu manik-manik merah dan hijau yang lebih dominan. Kalung serupa pernah digunakan oleh Siti Rubi Aliya Rajasa yang difungsikan sebagai selempang saat menikah dengan Edhie Baskoro Yudhoyono.


Karena kalung ini tergolong langka, Nahdi Jewelry menawarkan harga Rp 1,5 juta, dua hingga tiga kali lipat dari harga kalung berbentuk vagina yang dibanderol Rp 500-750 ribu.

IRMAWATI

No comments:

Post a Comment