Seperti koleksi Nahdi Jewelry, dari kalung, gelang, anting,
hingga liontin, yang terinspirasi oleh kekayaan etnik Nusantara dari Sabang
sampai Merauke, turut meramaikan Female on the Move (Femme) ke-8 yang
berlangsung pada 3-7 April 2013 di Grand Clarion, Makassar.
“Unsur-unsur etnik ini saya adopsi dari kebudayaan lokal di
Indonesia,” kata Fitria Nahdi, 58 tahun, pemilik sekaligus perancang Nahdi
Jewelry.
Lihatlah beberapa koleksi kalung yang menarik, di antaranya
berbentuk vagina. Perhiasan unik ini diadopsi dari kebudayaan masyarakat Nusa
Tenggara Timur.
Ada yang berwarna perak lengkap dengan replika orang-orangan
sawah, yang berwarna emas lengkap dengan simbol-simbol nelayan. Semuanya
menonjolkan lambang kesuburan. Adapun bahan kalungnya menggunakan tembaga
dinamo.
Konon, perhiasan berbentuk vagina ini adalah mas kawin khas
NTT. Masyarakat yang masih memegang unsur budaya adat biasanya mengharuskan anak
gadisnya belajar menenun agar bisa menikah. Sebab, secara adat, perempuanlah
yang wajib memberikan tenunan yang bermutu bagi calon suaminya. Kain ini
kemudian ditukar dengan emas sikka yang disebut tibu atau tabilu.
Bentuk khas emas sikka ini seperti tabir vagina
yang melambangkan kesuburan dan kehormatan, biasanya ditambahkan dengan unsur
binatang, tumbuhan, dan manusia sebagai lambang tiga unsur kehidupan. Bukan
hanya NTT, masyarakat Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku, pun memiliki aksesori
mirip kelopak vagina.
Unsur etnik lain yang dihadirkan adalah kalung khas
Palembang yang menggunakan bongkahan emas berbentuk mirip bunga, dipadukan
dengan batu manik-manik merah dan hijau yang lebih dominan. Kalung serupa
pernah digunakan oleh Siti Rubi Aliya Rajasa yang difungsikan sebagai selempang
saat menikah dengan Edhie Baskoro Yudhoyono.
Karena kalung ini tergolong langka, Nahdi Jewelry menawarkan
harga Rp 1,5 juta, dua hingga tiga kali lipat dari harga kalung berbentuk
vagina yang dibanderol Rp 500-750 ribu.
IRMAWATI
No comments:
Post a Comment